Bali Pulau Dewata : Destinasi untuk Investasi atau Pensiun?

happy dancing man on the beach

Is Bali a retiring or investing destination? Credit: Getty Images/Westend61

Get the SBS Audio app

Other ways to listen

Pulau Bali adalah destinasi wisata paling populer di Indonesia dan kini Bali juga menarik minat banyak orang untuk berinvestasi dengan membeli atau menyewa properti seperti tanah, villa, atau membuka peluang bisnis.


Siapa yang tak kenal Pulau Bali? Destinasi wisata paling populer di Indonesia ini menarik untuk dikunjungi karena kecantikan alamnya serta keunikan ragam budayanya.

Memiliki julukan Pulau Dewata, Bali mengundang jutaan wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang berkunjung setiap tahunnya.

Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menunjukkan sebanyak 1.836.009 wisatawan mancanegara mengunjungi pulau ini pada periode Januari hingga April 2024, atau naik sekitar 28,92 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Wisatawan asal Australia masih mendominasi kedatangan wisman ke Bali sebanyak 23,35 persen dari total wisatawan mancanegara yang datang ke pulau ini pada April 2024.

Namun kini, tak hanya ramai dikunjungi, Bali juga menarik minat banyak orang untuk berinvestasi dengan membeli atau menyewa properti seperti tanah, villa, atau membuka peluang bisnis.

Terje Nilsen dari Seven Stones Indonesia, sebuah perusahaan penyedia jasa konsultasi yang bergerak di market entry, investasi, serta layanan hukum, mengungkapkan fenomena ini “ramai luar biasa” dan sudah mencapai tipping point.

Menurutnya, beberapa faktor menjadi penyebab tingginya minat orang untuk membeli properti di Bali.

“Awal mulanya turis datang ke Bali, kemudian terus naik sehingga makin banyak turis yang datang dan ingin berinvestasi,” ujar Terje.
Terje Nilsen (photo credit Seven Stones Indonesia)
Terje Nilsen from Seven Stones Indonesia
Cepatnya pariwisata Bali bangkit usai pandemi Covid-19, tingginya angka kunjungan remote worker atau digital nomad, serta perubahan gaya hidup untuk mencoba suasana baru dengan tinggal di Bali membuat kebutuhan akan properti menjadi meningkat pesat, jelas Terje.

Endah Soekma, ibu rumah tangga asal Jakarta, mengatakan ia dan suaminya tengah berencana untuk membeli tanah di Bali.

Alasannya sederhana saja: Endah, suami, dan ketiga anak mereka sangat menikmati suasana Bali setiap kali mereka pergi berlibur.

“Selalu ada hal-hal baru yang bisa kami nikmati, dan anak-anak sangat menyukainya,” ujar perempuan 44 tahun ini. “Bahkan ketika kami terjebak selama satu setengah bulan tidak bisa kembali pulang ke Jakarta saat pandemi Covid-19 lalu, kami masih bisa menikmati.”
Endah Soekma dan keluarga
Endah Soekma dan keluarga
Nataya Rachim, warga negara Indonesia yang telah sembilan tahun bermukim di Australia, membeli sebidang tanah di dekat pusat wisata Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali, pada 2021 lalu.

Alasannya, ia dan suami ingin kembali pulang ke Indonesia suatu hari nanti dan menghabiskan masa tua dengan teman-teman mereka yang juga membeli tanah di area yang sama.

“Kami ingin tinggal di tempat yang tenang di Ubud, dan ketika tua bisa hidup bertetangga dengan teman-teman sendiri dan nggak tinggal di panti jompo,” ujar perempuan berusia 36 tahun yang berprofesi sebagai juru masak di Adelaide ini.

Nataya Rachim
Nataya Rachim
Akademisi asal Melbourne, Australia, Wayne Palmer, dan sang suami yang berkewarganegaraan Indonesia, saat ini tengah membangun sebuah rumah di atas sebidang tanah yang mereka beli di Lovina, di bagian utara Pulau Bali. Rumah tersebut, menurutnya, dipersiapkan untuk masa pensiun mereka.

“Kami memutuskan untuk membangun rumah yang rencananya akan kami tempati ketika kami sudah tidak bekerja lagi,” kata Wayne. “Meskipun kami belum benar-benar memutuskan, sejak awal kami membeli tanah di Lovina ini, kami memang tidak berpikir untuk menjual rumah yang sedang kami bangun ini ketika sudah jadi.”

Wayne memberi masukan kepada warga negara asing yang berniat untuk berinvestasi di Indonesia untuk bisa “nyaman” dengan fakta bahwa ada perbedaan besar antara apa yang diatur oleh Undang-undang dengan prakteknya.

Berbekal pengalaman tinggal di Indonesia sebelumnya untuk waktu yang cukup lama, Wayne tidak mempersoalkan hal ini karena sudah terbiasa, ujarnya.
Wayne Palmer
Wayne Palmer

“Tapi jika belum nyaman dengan kondisi tersebut, jika terjadi sesuatu, mungkin akan sulit bagi mereka untuk bernegosiasi dengan kontraktor, misalnya, untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan karena hukum dan pemerintah tidak bisa benar-benar diandalkan untuk memberikan kepastian seperti itu,” kata Wayne.

Terje dari Seven Stones Indonesia juga memberikan peringatan senada bagi mereka yang ingin berinvestasi, baik itu membeli atau pun menyewa properti di Bali, dengan melakukan due diligence atau uji tuntas.

“Yang paling penting adalah melakukan due diligence. Periksa zoning, misalnya. Ini wilayah untuk apa, apakah pariwisata atau residential"
Terje Nilsen dari Seven Stones Indonesia

Lebih lanjut, Terje mengingatkan akan banyaknya risiko jika due diligence tidak dilakukan, termasuk penipuan dan ketidaktahuan pembeli bahwa properti tersebut sudah digadaikan ke bank.

“Jadi lebih mendalamilah, lebih teliti (memeriksa) properti tersebut sebelum melakukan transaksi.”

—--

Ade Mardiyati

Penafian
Materi dalam laporan ini bersifat umum dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat hukum atau diandalkan untuk bantuan dalam keadaan tertentu.
Dalam masalah penting apa pun, Anda harus mencari nasihat profesional independen yang sesuai sehubungan dengan keadaan Anda sendiri.

 
Dengarkan setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu jam 3 sore.

Ikuti kami di dan , serta jangan lewatkan kami.


Share